MARHABAN DI BMQ BLOG ... TERIMAKASIH KUNJUNGANNYA...!!!

Selasa, 14 Februari 2012

Ini Dia yang Dipelajari Bayi Sebelum Lahir ke Dunia



Hari ini saya di hebohkan dengan informasi yang mantap kawan. Banyak penelitian sudah membuktikan bahwa bayi sudah mulai bisa belajar semenjak dalam rahim ibu. Lantas apa saja yang bisa dipelajari bayi sebelum lahir?


Studi prenatal (sebelum kelahiran) menunjukkan bahwa pembelajaran telah dimulai bahkan sebelum bayi dilahirkan ke dunia. Sebelum lahir, janin yang ada di rahim ibu sudah bisa belajar mengenal suara, rasa dan getaran di dalam rahim yang kemudian akan dibawanya sebagai kenangan setelah lahir. Janin juga sudah bisa mengenal emosi yang berasal di ibunya.

Psikolog William Fifer dari Columbia University menemukan bahwa bayi memasuki dunia dengan preferensi khusus setidaknya dengan dua suara, yaitu detak jantung ibu dan suaranya sendiri. Inilah yang menyebabkan bayi lebih suka mendengar suara ibunya sendiri ketimbang suara wanita lain.

Studi lain juga menemukan bahwa bayi yang baru lahir akan mengenali irama dari kata-kata atau nyanyian yang disenandungkan berulang kali oleh ibunya selama bulan-bulan kehamilan. Karena itu, banyak dokter kandungan yang merekomendasikan agar ibu sering menyanyikan lagu favoritnya pada bulan-bulan kehamilan. Ibu harus terus menyanyikan lagu yang sama setelah lahir agar bayi benar-benar merasa berasa di tempat yang sudah akrab dengannya.

"Bayi juga ingat rasa makanan yang tersedia di rahim ibu. Jika ibu makan bawang putih, maka rasa itu juga akan ada dalam cairan ketuban dalam rahim. Berbagai rasa dari makanan yang dimakan ibu juga akan diintegrasikan ke dalam air susu ibu (ASI). Pengenalan awal rasa dapat membentuk dasar dari beberapa piliahn makanan ketika anak tumbuh nanti," jelas Julie Mennella dari Monnel Chemical Senses Center, Philadelphia, seperti dilansir Mindpub dan dirangkum oleh DetikHealth.com.

Pengenalan rasa sejak janin dalam kandungan juga akan menentukan makanan apa yang akan disukai dan tidak disukai bayi. Itulah sebabnya, saat hamil sebaiknya ibu makan makanan yang sehat dan memperbanyak sayuran dan buah, sehingga kelak sang anak tidak menolak saat diminta makan sayur.

Hal lain yang dipelajari janin adalah getaran. Pada kehamilan 26 minggu, janin akan bergerak ketika getaran diberikan pada perut ibu. Tapi setelah getaran diberikan secara berulang, janin tidak akan bergerak lagi. Namun jika tipe getaran baru yang diberikan, janin akan kembali bergerak untuk meresponsnya. Ini menunjukkan bahwa janin dalam rahim dengan pengalaman.

Sebagian besar perilaku bayi yang baru lahir dapat ditelusuri ke perilaku yang hadir selama masa kehamilan. Sebagai contoh, beberapa janin suka mengisap jempol dan mereka akan terus melakukannya setelah lahir.

Selain itu, bayi juga belajar secara emosional dalam menanggapi lingkungan sebelum lahir. Bayi memasuki dunia ini dengan kecenderungan emosional tertentu. Kecenderungan-kecenderungan emosional tidak sepenuhnya berasal dari gen yang diwariskan, karena lingkungan juga berperan dalam membentuk kecenderungan emosional anak.

Keadaan emosional pikiran dan kesehatan fisik ibu selama kehamilan merupakan lingkungan ibu untuk bayi. Itulah sebabnya mengapa stres yang berlebihan atau depresi yang dialami oleh ibu hamil dapat mempengaruhi bayi dalam rahim. Bayi mungkin akan memasuki dunia ini dengan emosional yang sama dengan keadaan ibu saat hamil.

Temuan tentang kemampuan belajar dan memori bayi selama periode kehamilan dan pengaruh lingkungan ibu pada bayi yang belum lahir, membawa tanggung jawab yang lebih besar untuk keluarga.

Seorang ibu harus melakukan yang terbaik untuk meminimalkan tingkat stres dan tetap dalam suasana hati yang bahagia dan positif selama kehamilan. Seorang ayah harus melakukan yang terbaik untuk memberikan dukungan emosional yang maksimal kepada ibu hamil untuk membantu memberikan kemampuan yang luar biasa bayi ketika lahir ke dunia tag.

Rabu, 08 Februari 2012

Enam Pertanyaan Penting Untuk Kita Renungkan


Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. .
Pertama...
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab.... "orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya" ..
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar...
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. ..
Sebab kematian adalah PASTI adanya....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar...
Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"...
Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu...
Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. ..
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ...
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi ...
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai
nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...
"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru...
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"
"(hampir) Benar...", kata Sang Guru
tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan
melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...
senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

Minggu, 05 Februari 2012

Alat musik Rebana

1 set alat musik Qasidah terdiri dari :

3 rebana kotek
1 rebana selo
3 rebana bass (bass 1, bass 2 bass 3)
2 Tamborin
1 tamtam.

Pengertian Qasidah

Pengertian kasidah yang terdapat dalam khazanah kesusasteraan Indonesia mirip dengan kasidah yang ada dalam sastra Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa kasidah merupakan “bentuk puisi, berasal dari kesusateraan Arab, bersifat pujian (satire, keagamaan), biasanya dinyanyikan (dilagukan)” (Tim Penyusun Kamus, 1988:493). Meskipun demikian, istilah tersebut berbeda dengan istilah yang sama yang terdapat dalam ungkapan “lagu kasidah” yang umumnya berbahasa Indonesia.

Istilah kasidah menurut Ma’luf dan Cowan dalam Syihabuddin (1997:16) berasal dari kata qasada yang salah satu bentuk infinitifnya ialah qasid atau qasidah dan berarti ‘dimaksudkan’, ‘disengaja’, dan ‘ditujukan kepada sesuatu’. Al-Hasyimi (t.t) dalam Syihabuddin (1997:16) mengungkapkan bahwa qasidah ialah syair yang larik-larik baitnya sempurna. Sebuah sya’ir disebut kasidah karena kesempurnaannya dan kesahihan wazannya, karena pengungkapnya menjadikannya sebagia hiburan, menghiasinya dengan kata-kata yang baik dan terpilih; karena kasidah itu diungkapkan dari hatinya dan perasaannya, bukan dari penalarannya semata.

Sejarah Qasidah

Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat­-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:

Ya Nabi, keselamatan untukmu
Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu

Fenomena Qasidah Modern



Setiap bulan suci Ramadhan, tak syak lagi begitu banyak album-album berlabel
religius Islami dirilis oleh berbagai perusahaan rekaman. Ini merupakan
fenomena yang berkembang sejak dasawarsa 1970-an. Artis maupun kelompok musik
yang sesungguhnya menapak di jalur musik pop, melakukan terobosan dengan
merilis album bertajuk Qasidah Modern.
Mungkin masih lekat dalam ingatan bahwa pada paruh dasawarsa 70-an, tiba-tiba
begitu banyak kelompok musik yang menjejali industri musik kita dengan musik
ber-label qasidah modern. Ada Koes Plus (Tonny, Yon, Yok, dan Murry) dari label
Remaco yang merilis album qasidah dengan sederet lagu seperti Nabi Terakhir, Ya
Allah, Sejahtera dan Bahagia, Zaman Wis Akhir, Ikut Perintah-Nya, Karena Ilahi,
atau Kesyukuran yang Suci.

Kelompok rock asal Surabaya AKA yang didukung Utjok
Harahap, Arthur Kaunang, Soenatha Tandjung, dan Syech Abidin, di perusahaan
rekaman yang sama pun mengeluarkan album qasidah modern.
Uniknya, baik Koes Plus maupun AKA beberapa personelnya seperti Yon Koeswoyo
(saat itu,sekarang sudah muallaf ), Soenatha Tandjung, dan Arthur Kaunang (AKA) justeru bukan penganut
Islam. Lalu Bimbo pun tak ketinggalan merilis album qasidah modern dengan
lagu-lagu, seperti Rindu Kami pada-Mu, Qasidah Matahari dan Rembulan, Dikaulah
Tuhan Terindah, hingga Anak Bertanya pada Bapaknya. Menariknya dalam penulisan

Menariknya dalam penulisan
lirik lagu, Bimbo menjalin kolaborasi dengan penyair Muslim, Taufiq Ismail.
Selain itu, Bimbo yang didukung Sam, Acil, Jaka, dan Iin Parlina, juga
memperoleh kontribusi penulisan lirik dari KH Miftah Faridl, E.Z Muttaqien,
Endang Sjaifuddin Anshari, dan banyak lagi.
Tak semuanya menuai sukses. Itu patut diakui. Namun, dari pergulatan yang
kompetitif, mencuat salah satu di antaranya adalah kelompok Bimbo asal Bandung,
Jawa Barat, yang kemudian berlanjut hingga sekarang ini. Bahkan, Bimbo, memperoleh predikat sebagai kelompok musik
religius.

Lalu siapakah sesungguhnya yang menggagas munculnya terminologi qasidah modern
dalam industri musik (pop) Indonesia ini ?

Dalam catatan, ada pemusik bernama Agus Sunaryo yang memimpin kelompok musik Bintang-bintang Ilahi berupaya memasukkan unsur modern dalam musik yang mengiringi qasidah. Instrumen combo band mulai dilibatkan di dalamnya, seperti keyboard, gitar elektrik, dan bass elektrik.
Tersebutlah Rofiqoh Darto Wahab, penyanyi qasidah yang telah mencuri perhatian ketika tampil dengan qasidah modern pada sebuah acara keagamaan yang berlangsung di kota kelahirannya, Pekalongan, pada tahun 1964. Lalu ada
kelompok qasidah wanita yang bermain dengan setumpuk instrumen band bernama Nasyidah Ria, yang antara lain memopulerkan lagu Perdamaian, lagu yang kemudian dibawakan dalam versi rock oleh kelompok Gigi. Artis lainnya yang mencoba berqasidah modern, antara lain penyanyi Fenty Effendy serta Djamain Sisters yang didukung Rien Djamain. Pro dan kontra perihal qasidah modern pun menyembur.



Mochtar Luthfy El Anshary, salah seorang ahli musik qasidah, yang pernah memimpin Orkes Gambus Al
Wardah dan Hasan Alaydrus dari Orkes Gambus Al Wathan, menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Agus Sunaryo dengan embel-embel qasidah modern sebetulnya tak bermuatan anasir modernisasi qasidah. ”Saya hanya melihat musik band yang pop telah dipaksakan dengan syair-syair lama,” kata Alaydrus, seperti yang ditulis
majalah Tempo edisi 37/IV/16/ 22 November 1974.
Mochtar Luthfy El Anshary berpendapat, ”Pantun-pantun bahasa Arab itu diletakkan dalam irama yang tidak tepat.” Namun, niat untuk ‘memodernisasi’ qasidah tiada pernah berhenti. Dari tahun ke tahun pergeseran telah terlihat
dengan nyata.

Saat itu, pada tahun 1974, Koes Plus yang menoreh kontroversi, karena juga merilis album Natal, menyanyikan syair religius dengan menggunakan bahasa Jawa pada lagu bertajuk Zaman Wis Akhir.
Bimbo sendiri banyak mengadopsi musik Flamenco dalam racikan musik qasidahannya. Dan, Bimbo bahkan telah mencoba melepaskan diri dari pakem qasidah yang berbasis bahasa Arab.

”Kami menggunakan syair berbahasa Indonesia,” ujar Samsudin Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan Sam Bimbo.




Piringan Hitam Nasyidah Ria "Perdamaian"
Saat ini keragaman musik religius sangat terasa. Ada yang menyelusupkan
pengaruh musik R&B (rhythm and blues), seperti yang dilakukan oleh kelompok
Shaka hingga Nawaitu Project. Kelompok Gigi bahkan seolah meneruskan apa yang
pernah dilakukan oleh kelompok rock, AKA, pada tahun 1975, memasukkan anasir
musik rock yang dinamis dan sarat gegap gempita.
Debby Nasution dari Gank Pegangsaan dalam album solo religiusnya malah
memasukkan repertoar klasik milik Johann Sebastian Bach. Ada pula yang
membaurkannya dalam musik jazz, seperti album Sound of Beliefe. Gito Rollies
mendaur ulang dua hit dari The Rollies yakni Hari Hari dan Kau yang Kusayang,
tetapi dengan lirik yang telah mengalami perubahan, dari tema hedonistic
materialistic menjadi kontemplasi religi.
Hingga saat ini, sudah tak terhitung lagi jumlah album religius yang beredar
di tengah masyarakat. Opick, seorang pemusik rock yang gagal dalam karier musik
rocknya, malah menemukan jati diri musikal yang sesungguhnya pada musik
religius.
(Denny Sakrie)

Tulisan ini dimuat di Harian Republika Senin 1 Oktober 2007

Tiada Pesta Tanpa Dangdut




RHOMA Irama disebut “Raja Dangdut” musik yang dianggap orang sebagai musik pinggiran walau kenyataannya sekarang dangdut telah hampir dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, dari gang sempit sampai hotel bintang lima. Rhoma menekuni dangdut sejak 1960, ketika ia menyanyi bersama berbagai grup orkes Melayu. Kesempatan rekaman datang pada 1969 bersama orkes Chandraleka pimpinan Umar Alatas. Rekaman ini tak mencuatkan namanya. Rhoma pindah ke orkes Melayu Purnama pimpinan Awab Abdullah. Belum puas, pindah ke orkes Pancaran Muda pimpinan Zakaria yang merekam suaranya lewat lagu Di Dalam Bemo berduet dengan Titing Yani. Sampai awal 1970-an namanya masih belum dikenal. [BR]Rhoma mendirikan orkes Melayu Soneta pada awal 1973. Ini langkah awalnya yang cerah. Ramuan dangdut dan rock pun diluncurkan. Suara gitar lebih meraung mirip heavy metal. Itu terekam dalam lagu-lagu karyanya. Yang cukup menonjol adalah lagu berjudul Viva Dangdut. "Dangdut suara gendang/Sekarang ramai menjadi sebutan/Ini musik Melayu/Berasal dari Deli," demikian petikannya. [BR]Ini untuk kedua kalinya Rhoma meluruskan pengertian bahwa dangdut bukan jenis musik melainkan irama gendang. Jenis musiknya tetap Melayu. [BR]Langkah berikutnya. Rhoma mentahbiskan grup musiknya sebagai Sound of Muslim. Ia mengubah namanya dari “Oma Irama” jadi “Rhoma Irama.” Entah buat main-main atau apa, dua huruf “r” dan “h” singkatan dari “Raden Haji.” Dari perubahan nama ini tampak kubu yang dipilihnya: dakwah Islamiah. Diluncurkannya syair-syair yang bernafaskan Islam meski tak sekental milik grup-grup qasidah yang juga bermunculan pada 1970-an seperti Nasida Ria pimpinan Mudrikah Zain atau Qasidah Modern pimpinan Rofiqoh Darto Wahab.
Musik dangdut jadi pilihannya. Itu karena, Rhoma prihatin dangdut hanya musik pinggiran. Dengan Soneta, Rhoma memulai debutnya. Lama malang-melintang, hingga mencapai puncak sukses setelah album Begadang. “Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya …. “ Revolusi pun dimulai. Notasi, lirik, aransemen dan penampilan musik pinggiran itu dirombak besar-besaran. Ia ingin irama dangdut bisa diterima khalayak ramai dan mampu bersaing di pasar bebas. Niat itu bukan pepesan kosong. Konsumen bertepuk tangan riuh. Pertunjukannya pun disambut gegap gempita. Seiring dengan mengalirnya karya-karya berikutnya orang pun tidak segan memberikan gelar “raja dangdut.” [BR]Tak butuh waktu lama. Sepuluh tahun sesudahnya, musik dangdut yang kaya dengan berbagai unsur itu, sudah diterima khalayak ramai. Dangdut adalah musik yang realistis dan akomodatif. Dangdut mampu mengangkat realitas sosial di masyarakatnya. Saat ini dangdut sudah sampai pada taraf identik dengan bangsa Indonesia Tolok ukurnya, dangdut dikenal mulai dari gang becek sampai hotel bintang lima. Tak ada pesta tanpa dangdut. Segala jenis pesta, baik pesta kawin, resepsi, diskusi, reuni, sampai pada pesta kaum selebriti.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/1663758-tiada-pesta-tanpa-dangdut/#ixzz1lTgcYNUw